Live Record
Hari ini tepatnya sore tadi The Raisenick live record di Welli Studio.
The Raisenick itu bandku, beranggotakan aku (bassist - vokal), Edo (drumer), tito (gitaris - vokal).
Kepikiran pas kemarin dulu pas Tito pulang ke Batu (dari Semarang kuliah) tiba-tiba di Welli stuido ada tulisannya Live record itu hanya 50.000 rupiah. Langsung Edo ngajak rekaman.
Ya kita semua mau dong nyoba live record buat pengalaman.
Tepatnya tadi hanya ada 1 microphone, biasanya kalau latihan kita pakai 2 microphone.
Sebenrenya ada 2 microphone tetapi yang 1 tidak ada standmicnya, jadi gantian nyanyinya.
Jadinya pas gantian nyanyi itu kacau rekamannya, kalau masalah musicnya sudah lumayan bagus kok.
Apalagi suaranya kurang pas soalnya tadi di studio gak kedengeran suaranya, tapi pas dilihat direkaman suaranya jadi keras, malah bassnya gak kedengeran.
Ya gak apa-apalah dibuat pengalaman.
Kemudian lagunya masih proses editing, ditunggu saja, kalau sudah selesai editnya nanti ku upload kok lagunya, meski The Raisenick meng-cover lagunya orang lain.
Surabaya
Waktu itu hari Rabu aku kuliah mulai pagi sampek sore. Tiba-tiba aku dan temenku berbicara masalah "kapan mau ke Surabaya",
langsung tanpa pikir panjang temenku bilang "sekarang aja"
Aku : "yang bener"
Langsung waktu itu juga aku cepet-cepet makan siang dan setelah makan itu juga aku dan temen-temen berangkat. Ada Andi (Jablay), Galeh (Ben), Angga (Aming), Husni, dan Yogi (kebo). Kita siap-siap dulu di kosnya kebo.
Waktu itu aku sudah selesai kuliah tapi temen-temen sebenernya masih ada 1 kuliah lagi, akhirnya mereka ber-5 itu gak masuk kuliah, tapi malah ke Surabaya.
Waktu menunjukkan pukul 15.30.
Kita ber-6 pun langsung berangkat, perjalanan awalnya tidak macet tapi setelah sampai lawang rintik kecil hujan mulai menetes, kita pun masih tetep jalan terus.
Sampai di pandaan hujan deres pun mulai turun, kita semua berhenti di pinggir jalan untuk pakai jas hujan, setelah itu jalan lagi meskipun hujan deres.
Sampai di porong jalan bener-bener macet total, meski sudah terang tapi kita masih tetep pakai jas hujan.
Di kemacetan porong itu kita banyak yang ke pisah-pisah jalannya.
Sampai akhirnya aku dan jable nunggu di pinggir jalan sambil lepas jas hujan, eh yang muncul cuma kebo dan husni, aming dan ben menghilang.
Sampai di daerah sidoarjo hujan deres lagi kali ini lebo deres dari yang pertama kita berangkat. Dan aku dan jable ke pinggir jalan lagi untuk pakai jas hujan, sampai akhirnya kita ber-4 terseat di sidoarjo mencari aming dan ben gak ketemu.
Akhirnya ketemunya di pinggir jalan ke arah Surbaya.
Setelah ketemu kita langsung jalan lagi ke Surabaya, meskipun hujan deres, setelah masuk di Surabaya malah kebo dan husni yang ngilang. Langsung kita ber-4 yang masih ngumpul makan dulu dan setelah itu janjian sama yang terpisah langsung meuju TP.
Di TP akhirnya kita semua kumpul lagi, meskipun basah kuyup sepatu kita semua, kita sedikit gak PD masuk ke mallnya.
Lihat harganya sepatu di sana, wow.. sangat mahal.
Tapi beberapa temen dan aku dapet kaos kaki yang diskonan.
Setelah dari TP kita ke pisah lagi sama kebo dan husni, langsung deh janjian ke pasar malam di DTC.
Di pasar itu aku dapet sepatu yang ada gambarnya di atas, ya dapet harga murah kok setelah melalui perdebatan harga.
Temen-temen ada yang dapet ada yang tidak dapet.
Ya itu perjalanan pertamaku ke Surabaya naik sepeda motor di mana memakan waktu 3 jam untuk perjalanan disertai hujan deres.
Kita semua sampai Malang lagi pukul 02.00 dini hari. Jalannya sangat sepi waktu pulang itu.
Kemudian ada rencana lagi ke Bali naik sepeda motor, apa gak bakal ke pisah kayak ke Surabaya ya...
Di Surabaya aja begitu, ya kalau begitu dilihat nanti saja pas ke Bali.
Sekian cerita mengenai Surabaya.
Proposal Penelitian
Menurut dosenku metode penelitian S1, ini urut-urutan proposalnya :
I. Pendahulaun
1.1 Latar belakang masalah
1.2 Perumusan masalah
1.3 Tujuan penelitian
1.4 Manfaat penelitian
II. Tinjauan Pustaka
2.1 Tinjauan teoritis
2.2 Tinjauan empiris
2.3 Hipotesis (Bila menggunakan rumusan masalah deskriptif tidak ada hipotesis)
III. Metode Penelitian
3.1 Jenis penelitian
3.2 Lokasi penelitian
3.3 Populasi, sampel dan teknik sampling
3.4 Metode pengumpulan data
3.5 Variabel dan pengukuran
3.6 Skala pengukuran data
3.7 Uji hipotesis
3.8 Analisis data
Ya itulah urut-urutan proposal penelitian.
Semoga bermanfaat bagi yang mau membuat proposal penelitian ya.
Iklan Persuatif
Video ini aku buat dalam rangka tugas kuliah yaitu tugas "Komunikasi Bisnis".
Di mana aku dan teman-temanlah sebagai pemain dalam video ini.
Video ini menggambarkan tentang iklan suatu minuman penyegar.
Cast-nya ada :
Andi Setya W.
Dyan Kreste
dan saya sendiri Boby Widjaja
Semua pengerjaannya dikerjakan oleh kita semua mulai syuting sampai editing.
Lokasinya di sekitar kampus Universitas Brawijaya.
Mungkin video ini biasa saja, dan tidak menarik juga tapi tidak masalah ini hanya untuk dijadikan pengalaman membuat video.
Terimakasih buat teman-temanku ^^
Happy Mother's Day
Alay 2
Aku nulis cerita ini ada sebabnya kok, gara-gara temen-temenku yang mulai beberapa hari lalu sama tadi sore cerita tentang alay-alay.
Mungkin alay itu memang berlebihan banget ya, kata temen-temenku "masa tiap di mana-mana update status, entah facebook ataupun twiiter".
Misalnya lagi di bandara atau otw ke Australia atau apa ajalah. Menurutku ya memang berlebihan sedikit lah.
Tapi kata temen-temenku yang lain yang sering nonton video stand-up comedy-nya Raditya Dika alay itu wajar, itu proses sebelum ke arah remaja dewasa.
Aku setuju kalau dengan pendapat yang satu ini.
Ada juga yang temen-temenku bilang kalau alay itu nulis di sms ataupun di buku tulisannya besar-kecil (aKu) dan juga tulisannya jadi aneh dan gak ngerti artinya (AqUwH) ada yang besar-kecil dan yang aneh bacanya.
Kemudian ada yang berpendapat juga kalau nama di Facebook bukan pakai nama aslinya, mungkin namanya jadi panjang dan aneh itu alay juga.
Aku dulu juga alay memang, ini ku akui beneran sampai nama facebook-ku gak bisa diganti yang asli akhirnya jadi buat facebook baru dengan nama asliku. Tapi sampai sekarang saja masih banyak yang nama acount facebooknya yang pakai nama anaeh-aneh, kalau menurutku itu wajar mungkin masih proses pendewasaan diri.
Kalau aku tarik kesimpulan menurut pendapaat temen-temen aku jadi punya persepsi sendiri tentang alay.
Alay itu wajar kalau menurutku, memang betul katanya Raditya merupakan proses pendewasaan diri. Aku juga berpikir mungkin temen-temenku yang suka menyindir orang alay dulunya mereka juga alay, mereka hanya saja tidak mau mengakui ke-ALAY-an-nya.
Masa temenku ada yang iri sama orang yang update status facebook ataupun twitter misalnya ada di Papua-lah atau di manapun, katanya ini alay. Kalau menurut persepsiku ini wajar lah, gunanya twitter itu kan untuk berkicau, jadi mengetahui keadaan seseorang tersebut, kalau orang bilang ini alay kenapa orang tersebut juga punya acount jejaring sosial seperti facebook ataupun twiiter, berarti aku tarik kesimpulan orang yang iri ini juga alay, hanya mereka belum sadar saja. Apalagi kan sekarang banyak yang pakai BB, itu kan juga merupakan salah satu alat komunikasi untuk bersosialisasi di dunia maya, jika yang punya BB takut dibilang alay mending ditutup saja pabriknya BB. Handphone biasa kan juga demikian, sekarang sebentar-sebentar conect internet untuk update status, itu sih wajar, memang kita memanfaatkan fungsinya handphone tersebut.
Masa orang yang update status lewat handphone dikatakan ALAY, berarti kalau begitu semua orang yang punya handphone juga bisa dikatakan ALAY. (Mereka yang mengatakan ALAY harusnya sadar).
Ataupun kalau punya account jejaring sosial kalau update dibilang ALAY mending orang yang bilang ALAY tersebut gak usah buat jejaring sosial-lah. Jika gak punya jejaring sosial kan bisa melihat timeline ataupun beranda. Tapi nanti kalau mereka tidak punya jejaring sosial dikatakan NDESO ataupun KATROK (ketinggalan zaman) jadi terpaksa mereka membuatnya. Jadi kesimpulannya mereka juga ALAY.
Kalau nama facebook itu juga wajar lah yang dulunya namanya aneh-aneh ataupun panjang dan hurufnya-pun besar-kecil, itu bisa karena pengaruh lingkungan atau temen-temennya yang pada waktu dulu masih alay. Namanya aja ABABIL (ABG LABIL), jadi kesimpulannya setiap orang pasti mengalami masa ABABIL atau ALAY itu hanya mereka belum menyadari keadaan itu dan hanya memandang orang lain-lah yang ALAY.
Ya ini memang cerita yang gak penting aku tulis, tapi biar semua mengerti sedikitlah tentang ALAY dan jangan berpikir buruk terhadap orang lain sebelum menyadari keburukan diri kita sendiri.
Sekian dulu ya, aku nulis ini bukan untuk menyindir pihak manapun, hanya memperjelas keadaan saja. Kita semua pasti secara sadar ataupun tidak pasti pernah mengalami ALAY.
I am Back
Sudah cukup lama nih gak posting / nyampah di blog ini.
Kenapa lama gak posting?
Ya pertama - tama sih karena sibuk #soksibuk, banyak tugas jadi gak ada waktu ngepost lagi,terus di awal bulan Desember kemarin sempat gak ada koneksi internet soalnya internetnya dicabut diganti paket yang baru.
Kalau sekarang sudah ada koneksi internet, mungkin bisa ngeposting / nyampah di blog lagi, daripada nganggur gak ada kerjaan.
Sekian dulu ya..
Selanjutnya aku akan nulis lagi di entri selanjutnya.. :)
PMB 2011
Perumusan Hipotesis
Perumusan hipotesis bidang keuangan:
Jika kita belajar mengenai akuntansi keuangan, maka kita akan mengerti tentang masalah jurnal yang ada di dalam bidang keuangan.
· Akuntansi keuangan merupakan suatu pembelajaran yang perlu di dalam bidang keuangan
· Orang yang bekerja di bidang keuangan pasti bisa membuat jurnal dalam akuntansi
Hipotesis komparatif:
· Kinerja seorang pekerja dalam bidang keuangan akan lebih dimengerti apabila orang tersebut mengerti tentangakuntansi
· Pembelajaran akuntasi keuangan diperlukan seseorang yang bekerja di bidang keuangan
Hipotesis asosiatif:
· Semakin seorang pekerja dalam bidang keuangan belajar akuntasi, maka dalam masalah pembiatan jurnal akuntansi keuangan akan semakin mudah dibuatnya
· Semakin sering mempelajari akuntansi keuangan, maka kita akan mengerti tentang masalah-masalah yang ada dalam keuangan
Oleh : Boby Widjaja (105030207111040)
Universitas Brawijaya
Fakultas Ilmu Administrasi
Akhir-Akhir Ini part 2
Payung
Kemarin
Akhir-Akhir Ini
11-11-11
Hari ini 11-11-11 (Sebelas November 2011) memang tanggalnya sangat istimewa, tampak berurutan jarang-jarang terjadi tanggal yang susunannya bagus seperti ini, dan hari inipun tidak akan terulang lagi. Meskipun tanggalnya istimewa seperti ini, tapi menurutku hari ini seperti hari biasa saja hanya tanggalnya yang istimewa. Aku tetap berharap semua yang baik-baik di setiap harinya. Aku tahu mungkin saat ini aku tidak punya sesuatu yang istimewa, tapi suatu saat dan pasti aku akan menjadi istimewa untuk orang sekitarku. Aku akan mencoba berusaha dan berharap untuk sesuatu yang istimewa itu.
November Wish
Yang Ku Nanti
Komunikasi Antarbudaya
I. Pendahuluan
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi nonverbal.
Komunikasi antarbudaya adalah komunikasi yang terjadi di antara orang-orang yang memiliki kebudayaan yang berbeda (bisa beda ras, etnik, atau sosioekonomi, atau gabungan dari semua perbedaan ini). Komunikasi dan kebudayaan merupakan 2 konsep yang tidak dapat dipisahkan. Pusat perhatian komunikasi dan kebudayaan terletak pada variasi langkah dan cara manusia berkomunikasi melintasi komunitas manusia atau kelompok sosial.
II. Pembahasan
Menurut Stewart L. Tubbs,komunikasi antarbudaya adalah komunikasi antara orang-orang yang berbeda budaya (baik dalam arti ras, etnik, atau perbedaan-perbedaan sosio ekonomi). Kebudayaan adalah cara hidup yang berkembang dan dianut oleh sekelompok orang serta berlangsung dari generasi ke generasi.[1]
Hamid Mowlana menyebutkan komunikasi antarbudaya sebagai human flow across national boundaries. Misalnya; dalam keterlibatan suatu konfrensi internasional dimana bangsa-bangsa dari berbagai negara berkumpul dan berkomunikasi satu sama lain.[2] Sedangkan Fred E. Jandt mengartikan komunikasi antarbudaya sebagai interaksi tatap muka di antara orang-orang yang berbeda budayanya. “Intercultural communication generally refers to face-to-face interaction among people of diverse culture.”[3]
A. Fungsi Pribadi
Fungsi pribadi adalah fungsi-fungsi komunikasi yang ditunjukkan melalui perilaku komunikasi yang bersumber dari seorang individu. Fungsi pribadi dibagi atas :
1) Menyatakan Identitas Sosial
Dalam proses komunikasi antarbudaya terdapat beberapa perilaku komunikasi individu yang digunakan untuk menyatakan identitas sosial. Perilaku itu dinyatakan melalui tindakan berbahasa baik secara verbal dan nonverbal. Dari perilaku berbahasa itulah dapat diketahui identitas diri maupun sosial, misalnya dapat diketahui asal-usul suku bangsa, agama, maupun tingkat pendidikan seseorang.
2) Menyatakan Integrasi Sosial
Inti konsep integrasi sosial adalah menerima kesatuan dan persatuan antarpribadi, antarkelompok namun tetap mengakui perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh setiap unsur. Perlu dipahami bahwa salah satu tujuan komunikasi adalah memberikan makna yang sama atas pesan yang dibagi antara komunikator dan komunikan. Dalam kasus komunikasi antarbudaya yang melibatkan perbedaan budaya antar komunikator dengan komunikan, maka integrasi sosial merupakan tujuan utama komunikasi. Dan prinsip utama dalam proses pertukaran pesan komunikasi antarbudaya adalah: saya memperlakukan anda sebagaimana kebudayaan anda memperlakukan anda dan bukan sebagaimana yang saya kehendaki. Dengan demikian komunikator dan komunikan dapat meningkatkan integrasi sosial atas relasi mereka.
3) Menambah Pengetahuan
Seringkali komunikasi antarpribadi maupun antarbudaya menambah pengetahuan bersama, saling mempelajari kebudayaan masing-masing.
4) Melepaskan Diri atau Jalan Keluar
Kadang-kadang kita berkomunikasi dengan orang lain untuk melepaskan diri atau mencri jalan keluar atas masalah yang sedang kita hadapi. Pilihan komunikasi seperti itu kita namakan komunikasi yang berfungsi menciptakan hubungan yang komplementer dan hubungan yang simetris.
Hubungan komplementer selalu dilakukan oleh dua pihak mempunyai perlaku yang berbeda. Perilaku seseorang berfungsi sebagai stimulus perilaku komplementer dari yang lain. Dalam hubungan komplementer, perbedaan di antara dua pihak dimaksimumkan. Sebaliknya hubungan yang simetris dilakukan oleh dua orang yang saling bercermin pada perilaku lainnya. Perilaku satu orang tercermin pada perilaku yang lainnya.
B. Fungsi Sosial
1. Pengawasan
Funsi sosial yang pertama adalah pengawasan. Praktek komunikasi antarbudaya di antara komunikator dan komunikan yang berbada kebudayaan berfungsi saling mengawasi. Dalam setiap proses komunikasi antarbudaya fungsi ini bermanfaat untuk menginformasikan "perkembangan" tentang lingkungan. Fungsi ini lebih banyak dilakukan oleh media massa yang menyebarlusakan secara rutin perkembangan peristiwa yang terjadi disekitar kita meskipun peristiwa itu terjadi dalam sebuah konteks kebudayaan yang berbeda.
2. Menjembatani
Dalam proses komunikasi antarbudaya, maka fungsi komunikasi yang dilakukan antara dua orang yang berbeda budaya itu merupakan jembatan atas perbedaan di antara mereka. Fungsi menjembatani itu dapat terkontrol melalui pesan-pesan yang mereka pertukarkan, keduanya saling menjelaskan perbedaan tafsir atas sebuah pesan sehingga menghasilkan makna yang sama. Fungsi ini dijalankan pula oleh pelbagai konteks komunikasi termasuk komunikasi massa.
3. Sosialisasi Nilai
Fungsi sosialisasi merupakan fungsi untuk mengajarkan dan memperkenalkan nilai-nilai kebudayaan suatu masyarakat kepada masyarakat lain.
4. Menghibur
Fungsi menghibur juga sering tampil dalam proses komunikasi antarbudaya. Misalnya menonton tarian hula-hula dan "Hawaian" di taman kota yang terletak di depan Honolulu Zaw,Honolulu, Hawai. Hiburan tersebut termasuk dalam kategori hiburan antarbudaya.
Prinsip Komunikasi Antarbudaya[5]
Gagasan umum bahwa bahasa memengaruhi pemikiran dan perilaku paling banyak disuarakan oleh para antropologis linguistik. Pada akhir tahun 1920-an dan disepanjang tahun 1930-an, dirumuskan bahwa karakteristik bahasa memengaruhi proses kognitif kita. Dan karena bahasa-bahasa di dunia sangat berbeda-beda dalam hal karakteristik semantik dan strukturnya, tampaknya masuk akal untuk mengatakan bahwa orang yang menggunakan bahasa yang berbeda juga akan berbeda dalam cara mereka memandang dan berpikir tentang dunia.
v Bahasa Sebagai Cermin Budaya
Bahasa mencerminkan budaya. Makin besar perbedaan budaya, makin perbedaan komunikasi baik dalam bahasa maupun dalam isyarat-isyarat nonverbal. Makin besar perbedaan antara budaya (dan, karenanya, makin besar perbedaan komunikasi), makin sulit komunikasi dilakukan.Kesulitan ini dapat mengakibatkan, misalnya, lebih banyak kesalahan komunikasi, lebih banyak kesalahan kalimat, lebih besar kemungkinan salah paham, makin banyak salah persepsi, dan makin banyak potong kompas (bypassing).
v Mengurangi Ketidak-pastian
Makin besar perbedaan antarbudaya, makin besarlah ketidak-pastian dam ambiguitas dalam komunikasi. Banyak dari komunikasi kita berusaha mengurangi ketidak-pastian ini sehingga kita dapat lebih baik menguraikan, memprediksi, dan menjelaskan perilaku orang lain. Karena letidak-pasrtian dan ambiguitas yang lebih besar ini, diperlukan lebih banyak waktu dan upaya untuk mengurangi ketidak-pastian dan untuk berkomunikasi secara lebih bermakna.
v Kesadaran Diri dan Perbedaan Antarbudaya
Makin besar perbedaan antarbudaya, makin besar kesadaran diri (mindfulness) para partisipan selama komunikasi. Ini mempunyai konsekuensi positif dan negatif. Positifnya, kesadaran diri ini barangkali membuat kita lebih waspada. ini mencegah kita mengatakan hal-hal yang mungkin terasa tidak peka atau tidak patut. Negatifnya, ini membuat kita terlalu berhati-hati, tidak spontan, dan kurang percaya diri.
v Interaksi Awal dan Perbedaan Antarbudaya
Perbedaan antarbudaya terutama penting dalam interaksi awal dan secara berangsur berkurang tingkat kepentingannya ketika hubungan menjadi lebih akrab. Walaupun kita selalu menghadapi kemungkinan salah persepsi dan salah menilai orang lain, kemungkinan ini khususnya besar dalam situasi komunikasi antarbudaya.
v Memaksimalkan Hasil Interaksi
Dalam komunikasi antarbudaya seperti dalam semua komunikasi – kita berusaha memaksimalkan hasil interaksi. Tiga konsekuensi yang dibahas oleh Sunnafrank (1989) mengisyaratkan implikasi yang penting bagi komunikasi antarbudaya. Sebagai contoh, orang akan berintraksi dengan orang lain yang mereka perkirakan akan memberikan hasil positif. Karena komunikasi antarbudaya itu sulit, anda mungkin menghindarinya. Dengan demikian, misalnya anda akan memilih berbicara dengan rekan sekelas yang banyak kemiripannya dengan anda ketimbang orang yang sangat berbeda.
Kedua, bila kita mendapatkan hasil yang positif, kita terus melibatkan diri dan meningkatkan komunikasi kita. Bila kita memperoleh hasil negatif, kita mulai menarik diri dan mengurangi komunikasi.
Ketiga, kita mebuat prediksi tentang mana perilaku kita yang akan menghasilkan hasil positif. Dalam komunikasi, anda mencoba memprediksi hasil dari, misalnya, pilihan topik, posisisi yang anda ambil, perilaku nonverbal yang anda tunjukkan, dan sebagainya. Anda kemudian melakukan apa yang menurut anda akan memberikan hasil positif dan berusaha tidak melakkan apa yang menurut anda akan memberikan hasil negatif.
Tujuan Komunikasi Antar Budaya adalah :
v Memahami perbedaan budaya yang mempengaruhi praktik komunikasi
v Mengkomunikasi antar orang yang berbeda budaya
v Mengidentifikasikan kesulitan – kesulitan yang muncul dalam komunikasi
v Membantu mengatasi masalah komunikasiyang disebabkan oleh perbedaan budaya
v Meningkatan ketrampilan verbal dan non verbal dalam komunikasi
v Menjadikan kita mampu berkomunikasi secara efektif
Hambatan Komunikasi Antar Budaya
Hambatan komunikasi (communication barrier) dalam komunikasi antar budaya (intercultural communication) mempunyai bentuk seperti sebuah gunung es yang terbenam di dalam air. Dimana hambatan komunikasi yang ada terbagi dua menjadi yang diatas air (above waterline) dan dibawah air (below waterline). Faktor-faktor hambatan komunikasi antar budaya yang berada dibawah air (below waterline) adalah faktor-faktor yang membentuk perilaku atau sikap seseorang, hambatan semacam ini cukup sulit untuk dilihat atau diperhatikan. Jenis-jenis hambatan semacam ini adalah persepsi (perceptions), norma (norms), stereotip (stereotypes), filosofi bisnis (business philosophy), aturan (rules),jaringan (networks), nilai (values), dan grup cabang (subcultures group).
Sedangkan terdapat 9 (sembilan) jenis hambatan komunikasi antar budaya yang berada diatas air (above waterline). Hambatan komunikasi semacam ini lebih mudah untuk dilihat karena hambatan-hambatan ini banyak yang berbentuk fisik. Hambatan-hambatan tersebut adalah (Chaney & Martin, 2004, p. 11 – 12):
1. Fisik (Physical)
Hambatan komunikasi semacam ini berasal dari hambatan waktu, lingkungan, kebutuhan diri, dan juga media fisik.
2. Budaya (Cultural)
Hambatan ini berasal dari etnik yang berbeda, agama, dan juga perbedaan sosial yang ada antara budaya yang satu dengan yang lainnya.
3. Persepsi (Perceptual)
Jenis hambatan ini muncul dikarenakan setiap orang memiliki persepsi yang berbeda-beda mengenai suatu hal. Sehingga untuk mengartikan sesuatu setiap budaya akan mempunyai pemikiran yang berbeda-beda.
4. Motivasi (Motivational)
Hambatan semacam ini berkaitan dengan tingkat motivasi dari pendengar, maksudnya adalah apakah pendengar yang menerima pesan ingin menerima pesan tersebut atau apakah pendengar tersebut sedang malas dan tidak punya motivasi sehingga dapat menjadi hambatan komunikasi.
5. Pengalaman (Experiantial)
Experiental adalah jenis hambatan yang terjadi karena setiap individu tidak memiliki pengalaman hidup yang sama sehingga setiap individu mempunyai persepsi dan juga konsep yang berbeda-beda dalam melihat sesuatu.
6. Emosi (Emotional)
Hal ini berkaitan dengan emosi atau perasaan pribadi dari pendengar. Apabila emosi pendengar sedang buruk maka hambatan komunikasi yang terjadi akan semakin besar dan sulit untuk dilalui.
7. Bahasa (Linguistic)
Hambatan komunikasi yang berikut ini terjadi apabila pengirim pesan (sender)dan penerima pesan (receiver) menggunakan bahasa yang berbeda atau penggunaan kata-kata yang tidak dimengerti oleh penerima pesan.
8. Nonverbal
Hambatan nonverbal adalah hambatan komunikasi yang tidak berbentuk kata-kata tetapi dapat menjadi hambatan komunikasi. Contohnya adalah wajah marah yang dibuat oleh penerima pesan (receiver) ketika pengirim pesan (sender) melakukan komunikasi. Wajah marah yang dibuat tersebut dapat menjadi penghambat komunikasi karena mungkin saja pengirim pesan akan merasa tidak maksimal atau takut untuk mengirimkan pesan kepada penerima pesan.
9. Kompetisi (Competition)
Hambatan semacam ini muncul apabila penerima pesan sedang melakukan kegiatan lain sambil mendengarkan. Contohnya adalah menerima telepon selular sambil menyetir, karena melakukan 2 (dua) kegiatan sekaligus maka penerima pesan tidak akan mendengarkan pesan yang disampaikan melalui telepon selularnya secara maksimal.
III. Penutup
Komunikasi antar budaya memiliki akarnya dalam bahasa (khususnya sosiolinguistik), sosiologi, antropologi budaya, dan psikologi. Dari keempat disiplin ilmu tersebut, psikologi menjadi disiplin acuan utama komunikasi lintas budaya, khususnya psikologi lintas budaya. Perbedaan budaya dalam sebuah negara menciptakan keanekaragaman pengalaman, nilai, dan cara memandang dunia. Keanekaragaman tersebut menciptakan pola – pola komunikasi yang sama di antara anggota – anggota yang memiliki latar belakang sama dan mempengaruhi komunikasi di antara anggota – anggota daerah dan etnis yang berbeda.
Alasan mengapa perlunya komunikasi antar budaya, antara lain : membuka diri, memperluas pergaulan, meningkatkan kesadaran diri, etika/etis, mendorong perdamaian, meredam konflik, menghadapi teknologi komunikasi dan menghadapi era globalisasi. Dengan pemahaman mengenai komunikasi antar budaya dan bagaimana komunikasi dapat dilakukan, maka kita dapat melihat bagaimana komunikasi dapat mewujudkan perdamaian dan meredam konflik di tengah-tengah masyarakat.
[1] Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss. Human Communication :Konteks-konteks Komunikasi. 1996. Bandung. Remaja Rosdakarya. Hal. 236-238
[2] Andrik Purwasito. Komunikasi Multikultural. 2003. Surakarta. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Hal. 123
[3] Fred E. Jandt. Intercultural Communication, An Introduction. 1998. London. Sage Publication. Hal. 36
[4] Alo Liliweri. Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya. 2003. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. Hal. 11-12,36-42
[5] Joseph A. Devito. Komunikasi Antarmanusia. Kuliah Dasar. Jakarta. Professional Books. Hal. 479-488