Prinsip-prinsip Pengukuran dan Penyusunan Skala
Pengukuran penting untuk penelitian karena hanya dengan pengukuran itulah peneliti dapat menghubungkan konsep-konsepnya yang abstrak dan realitas. Melalui pengukuran peneliti berusaha mempresentasikan fenomena yang diacu oleh konsep yang dipakainya.
Proses pengukuran merupakan rangkaian dari empat aktivitas pokok, yaitu:
1. Menentukan dimensi variabel penelitian.
2. Setelah dimensi suatu variabel dapat ditentukan, barulah dirumuskan ukuran untuk masing-masing dimensi.
3. Menentukan tingkat ukuran yang akan digunakan dalam pengukuran.
4. Menguji tingkat validitas dan realibilitas dari alat pengukur apabila yang dipakai adalah alat ukur yang baru.
Dalam penelitian ilmu alami, yang diukur biasanya adalah benda yang tertangakap oleh panca indera. Dengan demikian korespondensi antara konsep realitas lebih jelas. Dalam penelitian social pengukuran lebih rumit, terutama karena kebanyakan kosep ilmu sosial adalah mengenai berbagai fenomena sosial yang abstrak dan tidak dapat diraba dan dirasa dengan panca indera. Dengan demikian ada kemungkinan yang besar sekali bahwa instrument pengukur yang dipakai tidak menangkap tepat fenomena sosial yang diukur. Dalam keadaan yang sesungguhnya proses pengukuran lebih kompleks karena realita suatu fenomena sosial tidak diketahui.
Pengukuran tidak lain dari penunjukan angka-angka pada suatu variabel. Tingkat ukuran yang dikenal di dunia penelitian dikembangkan pertama kali oleh S.S. Stevens pada tahun 1946, yakni:
1. Ukuran nominal
2. Ukuran ordinal
3. Ukuran interval
4. Ukuran rasio
Indeks dan Skala
Indeks dan skala adalah ukuran gabungan buat suatu variabel. Agar diperoleh ukuran yang lebih lengkap dan tepat, ukuran suatu variabel tidak semata-mata didasarkan pada satu pertanyaan tetapi pada beberapa pertanyaan. Perbedaan pokok antara indeks dan skala terletak pada penentuan skor. Skala disusun atas dasar penunjukan skor pada pola-pola atribut. Artinya dalam penyusunan skala diperhatikan intensitas struktur dari atribut-atribut yang hendak diukur. Salah satu contoh indeks yang paling banyak digunakan dalam penelitian sosial adalah indeks kelas ekonomi yang didasarkan atas pemilikan barang-barang berharga dan hewan. Salah satu contoh skala, adalah skala Partisipasi Sosial yang disusun oleh F. Stuart Chapin. Skala ini berusaha untuk mengukur tingkat partisipasi sosial seseorang dari derajat keterlibatannya dalam organisasi yang dimasukinya.
Langkah-langkah yang perlu ditempuh oleh peneliti dalam penyusunan indeks adalah:
1. Menyeleksi pertanyaan
2. Hubungan antara pertanyaan
3. Menentukan skor
Skala adalah ukuran gabungan yang didasarkan pada struktur intesitas pertanyaan- pertanyaan. Skala Likert adalah suatu cara sistemastis untuk memberi skor pada indeks. Yang tidak diperhatikan dalam penyusunan indeks adalah kenyataan bahwa tidak semua indikator suatu variabel mempunyai bobot yang sama beratnya. Di sinilah letak perbedaan antara indeks dan skala. Skala dapat mengurutkan responden-responden ke dalam urutan ordinal dengan lebih tepat karena dalam proses tersebut diperhatikan intensitas bobot dari tiap pertanyaan. Ada empat metode yang banyak digunakan dalam penelitian sosial, yaitu :
1. Metode Bogardus : skala jarak sosial
2. Metode Thurstone : skala untuk mengurutkan responden berdasarkan kriteria tertentu
3. Metode Guttman atau Skalogram : skala yang didasarkan pada kenyataan bahwa relevansi tiap indikator terhadap variabel adalah berbeda
4. Metode Perbedaan Semantik (Semantic Differentials) : skala yang berusaha mengukur arti obyek atau konsep bagi seorang responden
Daftar Pustaka
Babbie, Earl R. 1979. The Practice of Social Research. 2nd ed, Belmont, Calif. Wadsworth.
Chapin, F. Stuart. 1952. Social Participation Scale. Minneapolis : University of Minnesota Press.
Singarimbun, Masri dan Effendi, Sofian. 1985. Metode Penelitian Survai. Jakarta : LP3ES.