Secuil Kisah Hidupku

Hidup Adalah Film Terbaik

Alay 2

Cerita ini lanjutan dari aL4y.
Aku nulis cerita ini ada sebabnya kok, gara-gara temen-temenku yang mulai beberapa hari lalu sama tadi sore cerita tentang alay-alay.

Mungkin alay itu memang berlebihan banget ya, kata temen-temenku "masa tiap di mana-mana update status, entah facebook ataupun twiiter".
Misalnya lagi di bandara atau otw ke Australia atau apa ajalah. Menurutku ya memang berlebihan sedikit lah.
Tapi kata temen-temenku yang lain yang sering nonton video stand-up comedy-nya Raditya Dika alay itu wajar, itu proses sebelum ke arah remaja dewasa.
Aku setuju kalau dengan pendapat yang satu ini.

Ada juga yang temen-temenku bilang kalau alay itu nulis di sms ataupun di buku tulisannya besar-kecil (aKu) dan juga tulisannya jadi aneh dan gak ngerti artinya (AqUwH) ada yang besar-kecil dan yang aneh bacanya.

Kemudian ada yang berpendapat juga kalau nama di Facebook bukan pakai nama aslinya, mungkin namanya jadi panjang dan aneh itu alay juga.
Aku dulu juga alay memang, ini ku akui beneran sampai nama facebook-ku gak bisa diganti yang asli akhirnya jadi buat facebook baru dengan nama asliku. Tapi sampai sekarang saja masih banyak yang nama acount facebooknya yang pakai nama anaeh-aneh, kalau menurutku itu wajar mungkin masih proses pendewasaan diri.

Kalau aku tarik kesimpulan menurut pendapaat temen-temen aku jadi punya persepsi sendiri tentang alay.
Alay itu wajar kalau menurutku, memang betul katanya Raditya merupakan proses pendewasaan diri. Aku juga berpikir mungkin temen-temenku yang suka menyindir orang alay dulunya mereka juga alay, mereka hanya saja tidak mau mengakui ke-ALAY-an-nya.

Masa temenku ada yang iri sama orang yang update status facebook ataupun twitter misalnya ada di Papua-lah atau di manapun, katanya ini alay. Kalau menurut persepsiku ini wajar lah, gunanya twitter itu kan untuk berkicau, jadi mengetahui keadaan seseorang tersebut, kalau orang bilang ini alay kenapa orang tersebut juga punya acount jejaring sosial seperti facebook ataupun twiiter, berarti aku tarik kesimpulan orang yang iri ini juga alay, hanya mereka belum sadar saja. Apalagi kan sekarang banyak yang pakai BB, itu kan juga merupakan salah satu alat komunikasi untuk bersosialisasi di dunia maya, jika yang punya BB takut dibilang alay mending ditutup saja pabriknya BB. Handphone biasa kan juga demikian, sekarang sebentar-sebentar conect internet untuk update status, itu sih wajar, memang kita memanfaatkan fungsinya handphone tersebut.
Masa orang yang update status lewat handphone dikatakan ALAY, berarti kalau begitu semua orang yang punya handphone juga bisa dikatakan ALAY. (Mereka yang mengatakan ALAY harusnya sadar).

Ataupun kalau punya account jejaring sosial kalau update dibilang ALAY mending orang yang bilang ALAY tersebut gak usah buat jejaring sosial-lah. Jika gak punya jejaring sosial kan bisa melihat timeline ataupun beranda. Tapi nanti kalau mereka tidak punya jejaring sosial dikatakan NDESO ataupun KATROK (ketinggalan zaman) jadi terpaksa mereka membuatnya. Jadi kesimpulannya mereka juga ALAY.

Kalau nama facebook itu juga wajar lah yang dulunya namanya aneh-aneh ataupun panjang dan hurufnya-pun besar-kecil, itu bisa karena pengaruh lingkungan atau temen-temennya yang pada waktu dulu masih alay. Namanya aja ABABIL (ABG LABIL), jadi kesimpulannya setiap orang pasti mengalami masa ABABIL atau ALAY itu hanya mereka belum menyadari keadaan itu dan hanya memandang orang lain-lah yang ALAY.

Ya ini memang cerita yang gak penting aku tulis, tapi biar semua mengerti sedikitlah tentang ALAY dan jangan berpikir buruk terhadap orang lain sebelum menyadari keburukan diri kita sendiri.

Sekian dulu ya, aku nulis ini bukan untuk menyindir pihak manapun, hanya memperjelas keadaan saja. Kita semua pasti secara sadar ataupun tidak pasti pernah mengalami ALAY.

0 Coment:

Posting Komentar